Selasa, 01 Maret 2016

Bukan Dunia Lain

Posted by cuap-cuap ratih on 23.48 with 2 comments
Gelap telah datang bersama pekatnya malam. Terlihat Tablo sedang berjalan menembus jejeran rumah di daerah perkampungan menuju arah pertokoan didepan jalan. Tidak lama kemudian tiba-tiba mulai jatuh air dari langit yang semula hanya rintik kecil menjadi lebih banyak bulirnya yang tercurah. Tablo berlari kecil mencari tempat untuk berteduh. Dan berhentilah Tablo di sebuah rumah kosong yang tampak kotor dan gelap, hanya sinar dari lampu jalan yang meneranginya.

Waduh basah nih baju, mana baru ganti, ya iyalah baru ganti gw kan juga baru mandi” kata Tablo sambil mengibas-ngibas kaos biru favoritnya yang bergambar burung garuda agar bajunya tidak terlalu basah oleh sapaan air hujan.

Tablo menengok kekanan dan kekiri tampak lenggang, sepertinya suasana begini membuat orang enggan untuk keluar dan memilih untuk tetap berada dirumahnya.

Udah jam delapan nih, keburu ga ya? gw mau nge-print, mudah-mudahan belom tutup nih warnetnya Bejo,” sambil melihat jam di handphonenya. Flashdisc yang berbentuk seperti gelang ditangan kirinya dicopot dan dimasukan kedalam saku celana agar terlindung dari terkena ciprat air hujan.

Baru sekitar lima menit Tablo berlindung dari hujan, tiba-tiba Tablo mendengar sayup-sayup suara perempuan yang sedang menangis datang dan hilang bersama derasnya suara hujan yang turun. Tablo diam tidak bergerak sedikit pun sambil menajamkan pendengarannya.

Lha!, kenapa ada cewek lagi nangis tuh?” berusaha mencari kejelasan atas pendengarannya itu.

“Cup… cup… jangan nangis ya!” Tablo berkata pada udara dingin.

“Aduh udah lah nangisnya, cup... cup... saya ga bawa permen.” Kata Tablo lagi, bicara semaunya dan sekepikirannya.

Suara tangisan itu belum juga berhenti. Masih datang dan hilang sesuka hatinya.

“Udah dong nangisnya, cup… cup... aduuhhh, kok nangis aja ya dia-nya” kata Tablo yang tampak panik. Gerakan tubuh Tablo juga tidak setenang tadi tapi sudah seperti orang yang sedang menahan untuk buang air kecil.

Beruntung derasnya hujan sudah mulai berkurang.

Setelah suara perempuan menangis itu menghilang, suasana diliputi kesunyian dan kesepian. Tablo juga agak tenang dan lebih banyak diam karena tidak ada juga yang diajak bicara.

Lalu Tablo mendengar langkah kaki yang berjalan mendekat perlahan-lahan.
“Waduh siapa lagi tuh?” Tanya Tablo “Maaf ya yang punya rumah lagi ga ada nih!” “besok aja lagi, kemarinya yaa.” “saya mah cuma sebentaran doang numpang, lagi ujan soalnya.” Kata Tablo sekenanya. Bukan karena Tablo seorang yang pemberani hanya saja itu yang bisa dilakukannya pada kondisi saat ini. Tablo berdiri dengan gelisah dan akhirnya..

“Eh saya duluan yaa.. takut warnetnya bejo tutup nih.” “Assalamualaikummm!” tanpa pikir panjang lagi Tablo menerjang hujan yang sudah tidak sederas tadi, berlari terus hingga ujung jalanan. Dan berhenti didepan warnet Bejo.
                                                           ***
“Wah bang Tablo dari mana kok, hujan-hujanan gitu?” Tanya Bejo, setelah melihat Tablo masuk kedalam warnetnya.

Dari rumah, eih bujeng.. Gw abis di godain jo!” jawab Tablo.

“Hahaha.. di godain sapa bang?, hujan-hujan gini mana ada cewek yang keluar.” Kata Bejo.

“Laa, emang gw bilang kalau yang godain gw cewek?” sergah Tablo. “Noo, yang tinggal di bekas rumah pak Presiden!”

“Nah.. ngapain abang disitu?” Tanya Bejo balik. “Neduh bray.. hujan tiba-tiba aja turun, baru sampe lapangan di deket situ, Mau lari masih jauh ke warnet." jawab Tablo.

“tolong di print ya” kata Tablo sambil menyerahkan flashdisc kepada Bejo.  “Yang mana nih?” Tanya Bejo sambil membuka dokumen datanya Tablo. ”Tulisan yang judulnya KOPI dan AKU,” jawab Tablo.

Bejo, gw nginep sini dulu yaa.. besok pagi baru balik.” males banget mau pulang takut ketemu di dijalan yang sama hehe. Begitulah kisah nya



Demikian






Related Posts:

  • Kerja sama yukkk Ceritanya saya dulu pernah ditanya seorang pemuda yang belum terlalu lama saya kenal. Di awali pada saat saya masih kuliah jurusan Ekonomi tingkat 3 yang juga sedang mengikuti kursus singkat mengenai perbankan shariah untuk … Read More
  • Masak sayur asem Pagi-pagi tukang sayur langganan sudah memarkir gerobaknya didepan rumah tetangga dan sudah terlihat beberapa ibu mengelilingi gerobak si abang sayur, sambil memilih sayuran yang akan dibelinya. Setiap hari memikirkan dan … Read More
  • MultitalentaSetiap manusia yang dilahirkan sudah Allah berikan dengan banyak talenta. Banyak yaaaa. Banyak itu lebih dari satu lho. Ada seorang petani yang juga seorang pelukis Ada seorang pemain bola yang juga seorang drummer Ada seo… Read More
  • Hilangnya Respect Lebay ga sih kalau marah sama orang yang sudah meminjam motor kita beberapa hari lalu dikembalikan dalam kondisi bensin sudah mencapai garis merah alias empty dan ban kurang angin? Adalah “saudara ketemu gede” dari kenala… Read More
  • ketika tidak ada ide Menulis pada awalnya semangat dan senang sekali seperti anak yang menemukan mainan baru. Bahkan menggebu-gebu yakin bisa menulis setiap hari. Padahal banyak juga pekerjaan lain yang harus dikerjakan. Menulis hanya mengisi wa… Read More

2 komentar:

  1. Hahahahhahahahaha...

    Itu si kunto lagi nangis mai dibujuk pakai permen sama tablo..nggak mempan. Bujuknya pake ayat kursi harusnya. Hehehhe

    Btw, bagus mbak Ratih...cerpennya lucu Dan mengerikan. Eh..

    BalasHapus
  2. Setelah di baca endingnya berantakan gitu -.- makasih sabrin.. Dah mampir, oo ia kudunya ayat kursi ya? Hehehe

    BalasHapus