Di era digital seperti saat ini,
banyak media yang dapat kita gunakan untuk menulis. “What’s on your mind?” Tanya si facebook, untuk mengungkapkan apa
yang kita pikirkan atau yang sedang kita rasakan. Maka muncullah update status
dari yang jelas arti dan maksudnya seperti puisi, penggalan cerpen, bahkan juga
berita-berita terkini, Cara memasak makanan beserta resepnya, petuah-petuah,
opini dan sebagainya. Sampai status tidak jelas apa yang ingin diutarakan
misalnya hanya terdiri dari dua tiga kata, tapi paling tidak mereka telah
menulis. Semua itu dapat kita baca disana.
Kegiatan membaca juga ada karena
tulisan. Dimanapun itu kita dapat membaca selama ada tulisan. Sesederhana
apapun suatu tulisan asalkan itu untuk kebaikan tentunya akan membawa manfaat.
Ada pelajaran atau ilmu yang terkandung dalam tulisan itu. Minimal untuk diri
sendiri.
Seandainya tidak ada yang menghimpun
Firman-Firman Allah SWT dalam tulisan, tentu saat ini kita tidak mempunyai yang
disebut mushaf Al quran karena kita merupakan umat yang tidak lagi
sempat bertemu Nabi Muhammad SAW. Seandainya tidak ada yang menghimpun
Hadits-hadits, dari setiap perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW. Darimana kita dapat gambaran detail sejarah
dakwah Rasul. Meskipun Allah mampu memelihara kesemuanya.
Menulis untuk mengobati jiwa. Banyak
yang menulis hanya sebatas ingin dapat mencurahkan isi hati, untuk melepaskan
uneg-uneg yang mengganjal didada namun tidak memiliki teman yang benar-benar
dekat. Atau memang hal rahasia yang tidak dapat diceritakan kepada orang lain.
Menulis untuk mengikat ilmu. Sesungguhnya
manusia tempatnya lupa, maka jika dia tidak bersemangat untuk mengulang dan
mereview pelajaran yang telah didapat, maka ilmu yang telah diraih bisa hilang
sia-sia atau dia lupakan (kitabul’Ilmi
hal 62). Seumpama Ilmu adalah buruan sedangkan tulisannya adalah pengikat.
Kalau buruannya sudah didapat tentu sayang bila tidak diikat dan dibiarkan
pergi lagi.
Menulis untuk menyampaikan pesan. Pesan
merupakan pemberitahuan, kata atau komunikasi yang terjalin. Pesan verbal dapat
disampaikan dengan lisan tetapi untuk yang non-verbal, salah satunya dapat
digunakan tulisan. Sebelum ada handphone
dahulu kita bertukar kabar atau pesan dengan menggunakan surat. Sekarang dapat menyampaikan
pesan dengan lebih cepat. Yang harus diperhatikan adalah penulisan dan kalimat
santun yang digunakan.
Menulis untuk merekam sejarah. Apa yang
kita ketahui tentang kemerdekaan Indonesia? kehebatan para pemuda dan pejuang
merebut dan memproklamirkan diri saat terjadi kekosongan kekuasaan. Momentum
yang sangat tepat dan cepat. dan kemerdekaan itu dapat kita rasakan saat ini. Kita
dapat mengetahui kronologi detik-detik kemerdekaan, salah satunya dari tulisan.
Dengan menulis dapat mengarungi ruang
dan waktu juga menghubungkan rangkaian kejadian.
Menulis untuk amar ma’ruf nahi
munkar. ”Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR.Bukhari). Sebagian
merasa, tidaklah mudah dalam menyampaikan ayat dari Al quran ataupun Hadits
secara verbal, walaupun hanya satu ayat karena merasa dirinya bukan ustadz dan
ustadzah. Dengan sebuah tulisan kita dapat mengajak atau menganjurkan hal-hal
yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat. Merubah pola pikir pembacanya
atas alasan yang agung.
Menulis untuk menyemangati. Kisah
inspiratif dapat memotivasi dan memberikan semangat untuk kita lebih banyak
bersyukur dan berpikiran positif. Seburuk apapun kondisinya, tetap berjuang. Kisah
inspiratif menyiratkan bahwa kondisi kita mungkin lebih baik dan itu harus banyak
bersyukur. “Hidup tidak mudah bagi orang yang mempunyai mimpi”
Menulis untuk berbagi. Ilmu yang sudah
di dapat lalu di ikat dengan tulisan. Tidak akan bermanfaat ilmu itu bila tidak
berbagi dengan yang lain. Karena yang dapat menolong kita setelah tiada adalah
ilmu yang bermanfaat. Dengan menulis kita dapat berbagi pengetahuan apapun,
juga berbagi yang lain.
Menulis untuk keabadian. Meyakini bahwa
suatu tulisan juga dapat merubah pandangan dan pola pikir maka dengan tulisan juga
dapat merubah suatu peradaban, itu bukan hal yang mustahil. Menurut Proggrame
for International Student Assesment (PISA) Indonesia menempati urutan 57 dari
65 negara yang diteliti dalam kemampuan membacanya. Membaca dan menulis
berbanding lurus. Maka dengan banyaknya tulisan yang beredar semoga dapat
memacu Indonesia menjadi negara pembaca yang lebih baik dari sebelumnya.
Materi akan habis, harta akan menipis tetapi
ilmu yang di tulis akan tetap Berjaya, bahkan tertoreh bukan hanya untuk saat
ini tetapi untuk masa yang akan datang. Dan kita akan menjadi bagian dari
sejarah.
“Orang
boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang
dalam masyarakat dan sejarah” (Pramoedya Ananta)
Begitu banyak alasan yang dapat
diungkap “mengapa harus menulis?” sehingga bagi saya tercipta pernyataan sebaliknya “mengapa
tidak menulis?”
Bagi saya menulis merupakan panggilan
Allah, merupakan sarana saya “menyampaikan walau satu ayat” agar mencapai
keridhoan dan dihitung sebagai amal untuk bekal di kehidupan selanjutnya.
Demikian
Sumber gambar:www.merdeka.com
Menulis dulu, menulis lagi, menulis terus
BalasHapusMenulis dulu, menulis lagi, menulis terus
BalasHapusKeep writing....
BalasHapusMenulis adalah bagian dari kebahagiaan
BalasHapus