Haruskah
ku ucapkan selamat jalan?
Telah kau
curah api semangat membakar merahnya darah.
Telah kau
tempuh jalan kesakitan itu.
Tetap bertahan.
Masihkah
kau sanggup?
Menahan
guncangan jantung dan deras hempasan angin pada paru-paru.
Membiru
selapis kulit setiap kali tersentuh.
Menghilangnya
kemakmuran pesona ragamu.
Perlukah
ku bertanya?
Bahwasanya
Jiwa kesatria lah yang menjaga alam mu.
Semua
arah mata angin menuju titik kalbu.
Penerimaan
menjadi kedamaian dan,
Kedamaian
menjadi suatu kepercayaan.
Hanya senyum
perih tatkala mata menekuri candamu.
Demi
Tuhan! masih saja kau urusi Lapar perutku.
Bahkan
kakimu sudah tidak berjejak.
Berbahagialah..
karena senja yang ingin memelukmu.
Dalem banget puisinya mba Ratih...
BalasHapusSemangat berbahagia mbak Ratih :)
BalasHapus