Tidak tahu kenapa waktu beli sayur kemarin, begitu melihat si kacang ijo
tercetus mau buat bubur kacang ijo sepertinya naluri saja, tapi tidak langsung
diolah pada hari itu. Untuk mendapatkan bubur kacang ijo yang efektif dan
efisien dari segi gizi dan manfaatnya akan dilakukan beberapa tahap. Mudah saja
sih tahapannya, tidak sulit.
Sebelum diolah kacang ijo dicuci dulu, lalu direndam. Kacang ijo kalau
langsung direbus tanpa direndam dulu akan sangat lama dan banyak menghabiskan
gas. Makanya direndam saja dulu sampai menjadi setengah lunak.
Menjelang sore hari kemarin baru direndam sehingga pagi ini si kacang ijo
sudah cukup lunak. Tinggal panaskan air dalam panci biarkan sampai mendidih
dulu. Setelah mendidih, masukkan seruas jahe. Kalau tidak suka tidak usah
dipakai. Setelah satu dua menit lanjutkan dengan memasukkan si kacang ijo yang
sudah lunak tadi. Ditambahkan sedikit garam. Gula merah bisa dicairkan lebih
dulu lalu disaring atau kalau gula merahnya bagus tidak banyak ampasnya bisa
langsung di masukkan kedalam rebusan kacang ijo sesuai selera. Bisa ditambah
dengan santan ataupun tidak. Bubur kacang ijo tetap enak rasanya.
Hehe ini bukan tulisan mengenai resep sebetulnya hanya ingin memakai
analoginya. Kacang ijo yang keras bisa menjadi bubur kacang ijo yang lezat dan
mudah dikunyah melalui proses yang panjang dan tidak instan.
Pasalnya akhir-akhir ini diawali
dengan 5 L, lemah letih lesu loyo dan lelah membuat otak serasa heng. Harapan yang
tinggi namun kemampuan tidak mengiringi. Membuat pikiran “what am I doing now?” Disinilah harus mulai mengurai masalahnya. Harus
di cek lagi nih tujuan dari apa yang telah dilakukan. Istilahnya refreshing. Hal
yang sama kalau hape atau komputermu mengalami heng, pasti di restart ulang, di
refresh!
Banyak cara untuk refreshing tapi kalau karena otak yang heng sehingga
meragukan apa yang sudah dijalani. Ini perlu menilik ulang tujuanmu. Rencana yang
sudah disusun dan berusaha dijalankan tidak ada yang sesuai harapan. Tentu saja
membuat frustasi. Sammaaaa!
Faktor external lebih sulit di kendalikan maka harus bisa mengendalikan faktor
internal yaitu faktor diri sendiri. Tujuan
tidak ada yang berubah masih sama, usahapun sudah dilakukan lalu apa yang
kurang? Mengutip tulisannya Ippho santosa mengenai manusia level tiga. Kenapa ujug-ujug
menulis tentang manusia, kan tadi sedang bicara otak yang lagi heng atau
mengenai tujuan.
Kita lihat dulu apa itu manusia level tiga menurut mas Ippho
(panggil-panggil mas kayak kenal aja hehe). Yaitu: kalau lagi punya harapan,
impian, atau hajat, maka dia akan berusaha, berdoa, dan beramal. Ringkasnya, ia
“membeli” impian dan “mangantar” hajatnya dengan amal kebaikan. Sekali lagi, ya
berharap, ya beramal.
Nah kira-kira ada yang kurang tidak dengan apa yang sudah kita lakukan? Pertama
kita punya impian. Kedua kita sudah berusaha untuk mencapainya. Ternyata masih
belum berhasil juga.
Mungkin inmpiannya terlalu tinggi. Menurutmu untuk siapa? Untuk diri
sendiri? Untuk orang lain? Coba lihat adakah yang memiliki impian yang sama
dengan kita? Berarti belum tinggi sekali itu. Artinya masih bisa dicapai. Kalau
merasa belum ada yang mencapainya, coba cari lagi mungkin tidak sama persis
impiannya, dari bermilyar penduduk bumi bisa jadi ada satu atau dua yang mirip
bukan? Mudah-mudahan ini bukanlah hanya menjadi alasanmu untuk membela diri
karena sampai saat ini cita-citamu belum kesampaian. Atau mungkin usahanya
belum maksimal ya? Mungkin juga makanya bekerja keraslah! Terus saja berusaha.
Ya benar, ternyata kita kurang berdoa dan beramal. Kenapa berdoa karena
kita ini makhluk Allah. Saat kita merasa tidak berdaya yang kita lakukan adalah
berdoa. Menggantungkan hidup kita kepada Pemilik Kehidupan. Berharap kepada
Allah semata itu adalah ikhlas.
Refreshing inilah yang dimaksudkan. Tidak perlu keluar negeri
mengeluarkan banyak biaya. Tapi kalau ada budgetnya ya boleh saja tidak ada
yang melarang. Dengan sungguh-sungguh beribadah kepada Allah, Allah berjanji
akan memenuhi dada kita dengan kecukupan dan menanggung kefakiran kita. Bukan
saja kefakiran hati bisa jadi juga kefakiran harta.
Selain berdoa ada satu hal lagi yang perlu kita lakukan, namanya beramal.
Nabi pun pernah bersabda.” Belilah kesulitanmu dengan sedekah.” Kalau beragam
upaya sudah dilakukan. Tetapi belum juga berhasil mungkin kita kurang sedekah. Berapa
banyaknya tergantung dengan kesulitan apa yang kita hadapi. Maka untuk sedekah
ya lakukan saja, semampu yang kita bisa. Bersedekah dapat dilakukan tanpa kita harus
memiliki kekayaan berlimpah lebih dulu. Huhuhu kapan mau sedekah kalau begitu. Sedikit
banyak tidak masalah, yang jadi masalah bila tidak bersedekah. Hakikat dari
seluruh amal adalah untuk mendapatkan Ridho Allah. Dan mudah-mudahan apa yang
kita kerjakan akan mendapatkan keberkahan.
Begitulah.