Empat tahun enam bulan lalu lebih tepatnya 25 september 2011, wanita yang
sering ku sebut mama telah berpulang ke rahmatullah. Masih terasa lekat dalam
ingatan, masih terasa kosong, masih lemah hati ini sejak di tinggalkan oleh
sosoknya. Selama duapuluh empat tahun selalu didekatnya namun setelah menikah kucoba
mandiri dan jauh darinya. Sesekali saja aku berkunjung. Tak ada kata betapa aku
mencintainya, selalu memikirkannya, dan kusadari itu setelah dirinya pergi jauh
sekali dan tidak akan kembali. Terkadang aku memimpikannya, kurasakan
ketenangan dalam wajah dan sikapnya. Hanya merasakan kehadirannya dalam bunga
tidurku, walau kusadari dirinya sudah tiada tapi dia ada. Mungkin ini pekerjaan
alam bawah sadarku yang melakukan penyangkalan.
Betapa peristiwa itu tidak akan kulupakan. Sejak suami pergi keluar kota
untuk meneruskan pendidikannya selama kurang lebih tiga setengah tahun, aku
tinggal di rumah mama. Aku merasa sepi dirumah hanya dengan kedua anakku. Kami
memang memutuskan LDR sementara waktu, salah satu alasannya karena anak masih
terikat dengan sekolahnya dan hal lainnya. Rencana masih bisa berubah kami masih
dalam penjajakan mana yang terbaik buat kami jalani.
Minggu pagi Tidak seperti biasa, rupanya aku bangun lebih pagi dari mama.
kulihat lampu-lampu rumah masih menyala bekas semalam. Akhirnya aku yang
mematikan lampu-lampu karena cahaya putih mulai memasuki ruang-ruang dalam
rumah. Ku longok kamar mama masih dalam keadaan gelap. Tidak ada pikiran apapun
saat itu.
Perlahan ku buka pintu kamar, tampak mama masih berbaring di kasurnya. “maa,”
panggilku. Tidak ada jawaban. Kupikir mama masih tidur. Entah bagaimana aku
merasa ada yang aneh, hatiku berkata lain, dengan cepat otak ku menangkap hal
yang tidak sesuai. Kudekati kasur mama. Kupanggil lagi, mama diam tidak
bergerak. Segera kusingkap selimut tubuhnya, kulihat basah pada Kasur dimana
mama berbaring, kupegang tubuhnya terasa dingin. Otakku tahu kalau mama sudah
meninggal, tapi hatiku tidak percaya. Bagaimana mungkin itu terjadi? Semalam
masih terngiang rencana kita untuk menjenguk papa yang masuk ruang intensif coronary care unit pasca
operasi jantungnya. Bahkan mama menginstruksikan apa yang harus kubawa besok.
Jantungku berdetak kencang, langsung saja aku keluar kamar dan berteriak memanggil
adik-adikku yang masih tidur. Aku sendiri setelah itu langsung memakai jilbab
dan keluar rumah menuju rumah tetanggaku yang perawat. Aku ingin bertanya apa
yang harus aku lakukan. Suami jauh diluar kota, adik laki-lakiku sedang menjaga
papa di rumah sakit. Sisa orang yang ada di rumahku hanya adik-adik perempuan
dan anak-anakku. Tetanggaku mencoba menenangkan diriku karena dia tidak bisa
mendengar apa yang aku bicarakan, bicaraku gugup dan bercampur dengan tangisan.
Akhirnya dia ikut mengecek kondisi mama dan menyarankan aku untuk membawa mama
ke rumah sakit dulu.
***
***
Di rumah sakit, dokter menyatakan mamaku menderita heart failure ya gagal jantung lalu aku dengan segenap tenaga menghubungi adik laki-lakiku yang
sedang di rumah sakit lain.
“Hallo dek?”
“Ya mba, kenapa?”
“papa gimana?”
“masih di ICCU, mungkin besok masuk ruang perawatan.”
“Ooo, dek, mama!.”
“kenapa mama?”
“Mama dah ga ada dek!”
“Ga ada gimana?, semalemkan pulang.”
“Mama sudah meninggal!”
“Yang bener kamu mba?! Sakit kali? Kamu urutin aja dada atau kepalanya.”
“Benerrr dek!, aku sekarang dah di rumah sakit!, Kalau ga percaya kamu
kesini!”
“Ya udah tunggu aku, tiga puluh menit lagi sampai sana.”
Tidak ada satupun yang percaya, tidak aku juga tidak adikku. Mungkin juga orang-orang terdekat yang aku hubungi. Kenyataannya
ini terjadi. Suamiku langsung pulang dengan penerbangan kedua. Om dan
tanteku juga datang, Rasanya aku sudah tidak kuat berdiri.
***
Kesuksesan kita hidup didunia mungkin bukan banyaknya harta dan kemewahan yang kita punya, tapi bagaimana saat kita meninggalkan dunia ini. Apakah banyak orang sudah merasakan manfaat adanya kita? apakah kita sudah memberi arti akan kehadiran kita? Apakah orang lain merasa kehilangan kita saat kita sudah tidak ada lagi?
***
Kesuksesan kita hidup didunia mungkin bukan banyaknya harta dan kemewahan yang kita punya, tapi bagaimana saat kita meninggalkan dunia ini. Apakah banyak orang sudah merasakan manfaat adanya kita? apakah kita sudah memberi arti akan kehadiran kita? Apakah orang lain merasa kehilangan kita saat kita sudah tidak ada lagi?
Biarlah menjadi hikmah dalam hidup, kematian datangnya tidak disangka-sangka,
tidak dapat diperkirakan, bisa siapa saja, kapan saja, dimana saja. Meski sampai sekarang masih menyisakan trauma bagiku,
tidak bisa lihat orang yang tidur dengan posisi yang sama dalam jangka waktu
tertentu, karena aku akan memperhatikan dadanya, membangunkannya sedikit dengan
menggoyangkan tubuh atau memanggil namanya. Semoga ini selalu menjadi pengingatku
sebagai manusia yang fana.
#menulis
setiap hari #maaf cerita sedih #sebenarnya sudah pernah menulis cerita yang
mengesankan di “Adik Ara" hehe dicek ya..