Jumat, 05 Februari 2016

Pelajaran yang diberikan oleh Anak berkebutuhan khusus

Posted by cuap-cuap ratih on 22.07 with 6 comments
Aku sering ditanya, “kok bisa mengajar anak berkebutuhan khusus, maaf apa anak ibu autis?”. Sepetinya tidak harus punya anak yang berkebutuhan khusus dulu baru bisa mengajar? Pikiran itu yang terlintas dalam benakku. Seandainya ibu itu tahu, jangankan untuk mengajarkan anak orang lain, mungkin waktu ibu itu sudah habis tercurah untuk anaknya sendiri.

Awal aku mengajar anak berkebutuhan khusus memang tidak di rencanakan sebelumnya. Aku punya seorang teman yang kuliahnya jurusan pendidikan Luar biasa. Saat itu dia sedang diuji Allah dengan sakit yang cukup serius, meningitis. Harus berobat kesana kemari membuatnya tidak dapat memberikan pengajaran kepada siswa bimbingannya. Dengan keterbatasan waktu dan sumber daya manusia, sulit baginya mendapatkan pengganti secara cepat karena bagaimanapun siswanya harus tetap belajar. Akhirnya dia ingat padaku, yang pada waktu itu memang tidak ada kesibukan.

Saat ditawari akupun bertanya,” Aku ngajar? Emangnya bisa? Kan ga punya background pendidikan khusus.” Itu rasanya pertanyaan buat diri sendiri kali ya, secara memang tidak punya pendidikan khusus untuk mengajar anak-anak seperti itu. Tapi kata temanku,” yang dibutuhkan anak-anak itu adalah guru yang sabar dan sayang sama mereka, mengenai metodenya kamu bisa pelajari.” Berbekal niat Lillahi ta’ala akupun memberanikan diri.

Akhirnya aku mengajar salah satu siswa yang memiliki disabilities learning artinya kesulitan belajar. intelegensia yang dimilikinya secara yang signifikan berada dibawah rata-rata anak seusianya dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku. Anak ini merupakan salah satu yang disebut anak berkebutuhan khusus. Anak ini mungkin bisa bersekolah umum namun bukan untuk mengejar akademiknya lebih kepada bina diri. Belajar bagaimana berbicara dengan teman atau guru, sampai untuk jajan pun dia pelajari. Dari jajan itu dia belajar mengenai mata uang, fungsi uang, adanya kegiatan jual beli dan sebagainya. Tentunya dia juga mengikuti kurikulum sekolah tapi yang sudah disesuaikan dengan kemampuan anak yang berarti standart nilainya telah diturunkan.

Learning by doing itu metodeku mengajar mereka. Aku harus mempelajari dan mengenalnya lebih dulu, apa yang disukai, apa yang dibenci, bagaimana cara belajarnya, bagaimana cara dia berinteraksi dengan teman-temannya, pola tidurnya dan sebagainya. Cara cepatnya memang kita banyak menggali informasi terutama dari orang tua tapi juga keluarga lain yang mungkin tinggal bersamanya seperti kakek, nenek, paman, bibi, pembantu, supir atau siapa saja. Kenapa harus susah payah mencari tahu hal itu? Karena bukan saja membantu dalam pelajaran akademik tapi juga mengajarinya perilaku baik yang disesuaikan kegiatan hariannya. Mereka memiliki umur mental yang berbeda dari umur fisiknya. Ada yang umurnya sudah 10 tahun tapi perilakunya seperti anak usia 6 tahun. Ketidakmampuan mengutarakan apa maunya dengan jelas bisa menyebabkan anak tantrum dan sulit ditenangkan, masih suka membeo yaitu mengikuti gerakan atau perkataan orang lain secara berulang-ulang yang membuat kurang konsentrasi.  

Bisa dibayangkan awal-awal mengajar, untuk urusan akademik pun hal yang mudah belum tentu dapat diajarkan dengan mudah, butuh meramu berbagai metode agar si anak dapat memahaminya. Mengajarkan perilaku baik, kitapun harus konsisten agar anak dapat terus mengingatnya.
Bukan hanya anak berkebutuhan khusus saja, yang perlu diperlakukan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, adalah hak setiap anak. 

Dengan mengajar anak berkebutuhan khusus membuat diri ini semakin bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan. Dapat lebih menerima dan memahami kelebihan juga kekurangan anak yang membuatnya utuh sebagai pribadi yang unik. Tidak lagi memarahi karena nilai ulangannya yang jelek, tidak lagi menuntut harus mampu bersaing disemua mata pelajarannya, lebih banyak memberikan dukungan atas kegiatan positif yang ingin dilakukannya dan lebih banyak mendampingi dikala diperlukan. Tiada cipta Allah yang sia-sia, setiap kita harus dapat mengambil hikmahnya dan menjadi ladang ibadah untuk mengapai ridho-Nya.

Sumber gambar: www.majalahfahma.com


#ODOP#Februari membara#Hari ke 5-#have a nice weekend with family

Related Posts:

  • Bukan Sembarang Pedia Hari ini aku baru beli buku, huahaha sombong tapi daripada bengong kayak sapi ompong lebih baik baca ajalah. Sebetulnya jalan-jalan beli bukunya sih yang aku cari, karena sudah seminggu ini selalu tidak kuat untuk menahan ka… Read More
  • Tugas Mengarang “Leniii, cepaattt sudah mau masuk,” ujar Rina sedikit berteriak. Leni berusaha sekuat tenaga berlari menuju kelas. Usahanya tidak sia-sia. Leni sudah dikelas dua menit sebelum Bu Audrey masuk. Gara-gara mengantri ke kamar ke… Read More
  • Keteladanan Orang Tua Dalam mendidik anak membutuhkan proses. Anak bukanlah duplikasi orang tuanya. Tidak selalu apa yang diinginkan orang tua anak harus menurut. Orang tua mungkin merasa jalan yang dipilihkan untuk anak merupakan jalan yang terb… Read More
  • Kepergian Mendadak Empat tahun enam bulan lalu lebih tepatnya 25 september 2011, wanita yang sering ku sebut mama telah berpulang ke rahmatullah. Masih terasa lekat dalam ingatan, masih terasa kosong, masih lemah hati ini sejak di tinggalkan o… Read More
  • Keluarga Super Rajin        Dari kecil kita selalu diingatkan untuk selalu menjadi anak yang rajin apapun yang kita lakukakan. Dalam hal belajar maka muncul slogan “Rajin pangkal Pandai” karena, bila kita pandai diharapkan na… Read More

6 komentar:

  1. saya pernah berada bersama anak berkebutuhan khusus, ada banyak hal yang dapat dipelajari di kehidupan ini, dari siapa pun itu..

    BalasHapus
  2. Luar biasa mbak ratih. Sabar banget ya menghadapi anak berkebutuhan khusus terutama autisme. Saya punya sedikit pengetahuan soal autisme karena kampus saya dulu concern autisme. Sampai ada kuliah khusus orang autis.

    Tau soal autis tapi belum tentu bisa menghadapi seperti mbak ratih

    BalasHapus
  3. Langsung terjun bebas mengajarnya febie, ternyata memang yg dibutuhkan adalah konsisten Dan kepedulian

    BalasHapus
  4. Langsung terjun bebas mengajarnya febie, ternyata memang yg dibutuhkan adalah konsisten Dan kepedulian

    BalasHapus