Mecengangkan
membaca berita yang menjadi tema ekonomi di www.kompas.com hari ini tanggal
3 Februari 2016. Perusahaan industri besar Panasonic dan Toshiba melakukan
penutupan usaha dan berdampak pada pemutusan hubungan kerja ribuan pekerjanya.
Faktor yang
menyebabkan terjadinya penutupan usaha tersebut karena kondisi pasar yang tidak
kondusif juga pengaruh dari menurunnya daya beli masyarakat. Barang produksi
tidak laku dipasaran. Bahkan paket kebijakan ekonomi pemerintah belum dapat
bergerak cepat mengatasi kondisi ini.
Para pekerja
yang di PHK lah yang merasakan dampaknya secara langsung karena kehilangan
pekerjaan mengakibatkan kehilangannya pendapatan dan semakin turun daya beli
masyarakat.
Di media
sosial juga banyak yang memberikan opini keprihatinan atas tutupnya
pabrik-pabrik yang begitu menaungi banyak pekerja. Ada yang mengatakan, saat
ini belum lagi menyelesaikan pendidikannya, namun jumlah pengangguran sudah
terus bertambah.
Begitu
banyak yang hidupnya bergantung dengan sektor industri ini. Sejatinya Indonesia
adalah negara besar yang berbentuk kepulauan. Potensi dan hasil alam khususnya sektor
pertanian/kelautan, kehutanan dan pertambangan, belum dikelola dengan baik
untuk kemakmuran rakyatnya. Sejalan dengan
McKinsey Global Institute yang menyatakan ada 4 sektor potensial yang akan
menopang laju perekonomian Indonesia yakni Pelayanan konsumen atau jasa,
pertanian- perikanan, sumber daya alam dan pendidikan.
Saat ini
yang terpenting adalah bagaimana mendayagunakan kemampuan dan kapasitas bangsa
sendiri dengan potensial sumber daya yang ada.
Perekonomian
dapat tumbuh jika pemerintah dapat mengoptimalkan pengelolaan investasi dan
daya saing eksport. Selain dorongan investasi yang diperlukan untuk mendukung
terciptanya penyerapan tenaga kerja dan penurunan kemiskinan, Indonesia
memiliki potensi UKM yang besar, yang dapat dijadikan katup pengaman dalam
menampung angkatan kerja, saat industri manufaktur kian merosot. Sektor UKM
terbukti tahan guncangan, keberadaannya dapat memberikan kontribusi terhadap PDB
sebesar 60%, penyerapan tenaga kerja sebesar 88,7% dan terhadap eksport tahun
1997 sebesar 7,5% (BPS thn.2000). Alasannya karena UKM dapat memproduksi barang
konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang
rendah. Artinya tingkat pendapatan tidak mempengaruhi permintaan barang. Yang utamanya
UKM menggunakan modal sendiri dan akses dengan perbankan relatif rendah,
sehingga suku bunga tidak terlalu mempengaruhi ketahanan UKM.
UKM lebih
dapat berkembang dalam sektor rill yang memenuhi hajat hidup orang banyak
sehingga tidak hanya bermanfaat dalam pertumbuhan ekonomi tetapi juga dalam
pemerataan kesejehteraan rakyat.
Perlu
ditingkatkan jiwa-jiwa “entrepreneurship” agar usaha kecil dan menengah (UKM) dapat
terus berkembang dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan semua potensi
sumber daya yang ada menjadikan rakyat Indonesia lebih sejahtera. Dan pemutusan
hubungan kerja dapat diminimalisasi.
Demikian
Sumber gambar: http://bisnisukm.com/bisnis-daur-ulang-sampah.html
#Prihatin#cari
solusi#ODOP#februari membara# hari ke 3
Mau usaha sendiri kadang di negara sendiri juga tidak dihargai mbak, atau usaha kecil-kecilan saja banyak yang merasa tersaingi, saling sikut atau menjelek-jelekkan ada saja. Bahkan saya pernah tuliskan juga di blog tentang anak SD yg terpaksa berhenti jualan karena ada penjaga kantin yang merasa tersaingi dan mengadu ke guru lalu sang guru memberi tahu bahwa anak tsb jangan jualan lagi dan hal ini pernah juga saya alami. Padahal bergantung pada diri dendiri lebih baik drpd bergantung ke orang lain. Tapi ya entahlah, semoga para buruh pabrik tsb dapat pekerjaan yg lebih baik lagi :)))
BalasHapusAgar dapat bertahan memang harus bisa mandiri. Pastilah ada resikonya modal, saingan, bahkan gagal. Terus saja mencoba akan ada jalannya. mungkin itu adalah ujian. kamu dah lebih baik daripada aq blm mulai, baru teori hehehe... semangat entrepreuner selvi! ^^
BalasHapus