Dari
kecil kita selalu diingatkan untuk selalu menjadi anak yang rajin apapun yang
kita lakukakan. Dalam hal belajar maka muncul slogan “Rajin pangkal Pandai”
karena, bila kita pandai diharapkan nantinya menjadi orang yang sukses dan
berhasil.
Dalam bekerjapun lebih mengutamakan
pekerja yang rajin apalagi ditambah pintar. Rajin itu termasuk salah satu kunci
sukses. Orang yang rajin biasanya akan mendapat keberhasilan. Keberhasilan yang
diperoleh dengan melakukakan banyak pekerjaan yang tentunya dilakukan oleh
orang yang rajin bukan yang malas. Sukses hanya dapat diraih dengan kerja
keras. Kesuksesan tidak terjadi secara instan.
Sifat manusia memang cenderung malas
dan sering berkeluh kesah meskipun begitu merupakan hal yang manusiawi. Ada kalanya
kita merasakan tidak mood dalam
mengerjakan pekerjaan kita atau dalam beribadah. Maka Rajin ini menjadi salah
satu tantangan yang besar dalam hidup manusia. Bagaimana manusia menjadikan dirinya
Rajin dan lebih bermanfaat dalam kehidupan?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Rajin itu suka bekerja, sungguh-sungguh bekerja atau selalu berusaha giat.
Definisi ini menggambarkan bahwa sifat ini merupakan sifat baik yang perlu
selalu dikembangkan.
Rajin merupakan suatu bagian dari
etos kerja. Sebelum masuk ke sifat Rajin dibahas dulu sedikit mengenai etos
kerja ini. Etos kerja merupakan etika atau sikap dalam bekerja. Etos dibentuk
dari suatu kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai yang diyakininya.
Etos kerja dapat menunjukkan karakter moral seseorang dan yang lebih luasnya
lagi dimiliki oleh bangsa tertentu. Nilai-nilai yang terkait dengan etos kerja
seperti rajin, displin, ulet, tekun dan lain sebagainya. Bagaimana nilai-nilai
ini tercipta? Dalam perjalanan waktu, nilai- nilai etika awalnya tidak menonjol
pada seseorang atau suatu bangsa namun kemudian menjadi menonjol karena
nilai-nilai tersebut menjadi suatu kebiasaan, contohnya pada bangsa-bangsa atau
negara maju seperti jepang, jerman, barat yang memiliki etika displin, bekerja
keras, tepat waktu, ulet dan rajin yang merupakan respon mereka dalam bekerja
dan kesehariannya. Bila kita ingin Negara Indonesia menjadi negara yang maju
dan makmur tentunya sifat Rajin ini harus dijadikan sifat yang membudaya dalam
setiap kehidupan warganya. Maka dari itu, sifat Rajin harus dibiasakan dari
kecil dan dilestarikan dalam lingkungan keseharian.
Pendapat umum banyak yang memberi pengertian dan pandangan lain mengenai sifat Rajin
ini.
“Anak
yang Rajin itu bisa membantu teman dan orang tuanya tanpa disuruh. Selalu
mempunyai inisiatif setiap melihat suatu masalah, memiliki empati kepada
temannya, senang membantu setiap kesusahan orang lain.”
“Anak
yang Rjin merupakan anak yang mampu memanfaatkan dan menggunakan waktu yang di
miliki dengan tepat.”
“Anak
yang Rajin itu Anak yang displin karena dapat mengerjakan tugasnya sebelum atau
dengan tepat waktu.”
“Anak
yang Rajin biasanya anak yang Mandiri karena tanpa disuruh dapat melakukan
tugasnya.”
“Anak
yang Rajin termasuk anak yang mampu meniru sifat baik dari orang tua atau
lingkungannya”
“Anak
yang Rajin itu tergantung sudut pandang dan nilai-nilai yang dianut orang tua,
yang ada intinya bagaimana pengharapan orang tua terhadap anak.”
Rajin dapat di lihat dari berbagai
sudut pandangan, tergantung dari harapan orang tua. Nilai-nilai ini yang harus
di tularkan orang tua kepada anaknya.
Pengalaman adalah guru terbaik dalam
mengajarkan anak. Anak diberi contoh mengenai sifat Rajin ini lebih dahulu. Setelah
di contohkan lalu anak dibimbing melakukan dengan kekuatan dan kemampuannya
sendiri. Orang tua adalah Teladan. Contoh yang paling konkrit dan paling dekat
dengan anak. Anak akan melihat dan meniru orang tuanya. Seperti membereskan tempat
tidur setelah bangun. Anak akan melihat orang tuanya melakukan hal itu dan anak
akan mengikuti. Kita tidak bisa mengharapkan anak akan tahu dengan sendiri apa
yang harus dilakukannya dan cara yang paling efektif menularkan kebiasaan
dengan memberi contoh dan melatihnya setiap hari. Sehingga menjadi pembiasaan
dan konsistensi dalam rutinitas hidup.
Dalam
mendidiknya juga membutuhkan proses. Menggunakan filosofi kopi, meskipun kopi
dilarutkan dengan gula dan air, namun tetap terasa kopinya bahkan bertambah
manis dan harum. Mendidik anak bukan membuat duplikasi dari orang tuanya,
dengan tidak menghilangkan sifat dan ciri anak yang sesungguhnya, orang tualah
yang menambah manis sifat dan karakter anak. Sehingga anak tumbuh menjadi anak
yang lebih bermanfaat.
Ada 4
tahap yang dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam mendidik anak, yakni dengan
mengatagorikan menurut usia. Cara mendidik
anak dengan lebih hangat menjadi sahabat atau temannya. Yang utama lainnya
adalah memillihkan lingkungan terutama anak yang sebagian besar waktunya
dihabiskan di luar rumah seperti di sekolah, tempat les, atau mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler. Penting berikutnya menanamkan nilai-nilai ketauhidan
agar anak tidak saja pintar tapi juga memiliki kesadaran akan maksud hadirnya
di dunia. Mengerti akan jatidirinya.
Itulah
mengapa penting sifat Rajin* dibiasakan dan di konsistenkan dalam kehidupannya
ini. Bukan saja untuk keberhasilan anak namun juga keberhasilan suatu bangsa.
Demikianlah.
Sumber gambar:www.anakvidoran.com
sumber gambar: www.kaskus.co,id
bener mba, cara yang paling efektif adalah memberi contoh atau teladan bagi anak.
BalasHapuslanjutkan menulisnya. nice naskah. semoga terbit dan best seller
BalasHapus