Kamis, 09 Maret 2017

Belajar Agama

Posted by cuap-cuap ratih on 10.24 with No comments
Belajar Agama

Kalimat "Di dunia, kalau salah pakai baju masih bisa ganti tapi kalau salah agama bagaimana mau ganti, tahunya sudah di akhirat sudah terlambat untuk bertobat"

Deg.. kalimat ini dulu benar-benar menggugah saya. Memang benar keislaman saya karena orang tua beragama Islam. Tapi apakah agama ini yang benar? Kenapa harus beragama ini?

Saya juga baru memiliki pemikiran seperti ini setelah dewasa. Saat masih kecil yang ditahu hanya makan, tidur, sekolah, main. Apalah yang diberi orang tua itu yang diterima.

Disuruh les ini itu, selama menyenangkan hayo aja, disuruh ngaji ya jalan aja. Maka benar kalau orang tua yang dapat menjadikan anaknya sesuai dengan kepercayaannya. Anak-anak masih polos.

Namun setelah beranjak dewasa harusnya lebih peka terhadap hal ini. Menentukan bagaimana dan seperti apa agama yang dipeluknya. Karena disanalah terdapat tujuan mengapa kita hidup. Mempertanyakan eksistensi diri sendiri. Atau amal-amal yang kita lakukan sudah sesuai dengan tuntunan belum. Jadi saat beramal sudah tahu dasar ilmunya dan dengan ilmu beramal bisa maksimal.

Terbukti meski dari kecil memeluk Islam artis Asmirandah setelah menikah mengikuti agama suaminya yang non muslim dan banyak lagi cerita publik figur atau rakyat kebanyakan yang memilih agama lain setelah dewasa. Entah memang dengan pemikirannya atau alasan lainnya.

Inilah pentingnya belajar agama, agar tahu bagaimana agama yang dipeluknya. Tidak sedikit juga yang semakin erat memegang ajaran Agama Islam dengan lebih dekat, lebih taat, dan lebih menyeluruh setelah mengenal lebih dalam agamanya.

Belajar agama hendaknya dengan orang yang khusus atau memang ahli dibidangnya. Guru yang diakui kapasitas dan otorisasi keilmuannya. Tentunya harus mengacu pada Al Quran dan Sunnah. Kalau diluar itu kita harus waspada dan punya rasa skeptis. Jangan sampai kita mengikutinya membabi buta tanpa proses berfikir dan mencari kebenarannya.

Membiasakan diri untuk bertafakur yaitu berfikir dan merenungkan sesuatu. Tafakur bisa saja mengenai ayat-ayat Tuhan, penciptaan alam dan segala isinya atau hal lainnya.

Permasalahan dalam hidup haruslah selalu dipandang dengan kacamata agama. Beragama sudah menjadi bagian yang tidak dapat lepas dari kehidupan karena fitrahnya manusia seperti itu.

Belajar agama diharapkan akan menampilkan akhlak agama yang dianutnya. Kebaikan atau keburukan akan tercermin dari perilakunya dari seberapa jauh mengenal agamanya. Hal ini berlaku bila tidak ada kepentingan lain, selain memang ingin beragama dengan benar.

Beda cerita bila mempelajari Islam dengan tujuan untuk kepentingan lain. Walaupun mengerti dan faham tetapi hal itu ditutupi atau dijadikan alat untuk mendukung kepentingannya tersebut. Memiliki gelar akademis berderetpun tidak ada artinya bila akhlak yang dimiliki bertolak belakang dengan yang diajarkan oleh agamanya. Apalagi keilmuannya itu tidak digunakan untuk membela agamanya.

Islamphobia tercipta karena akhlak-akhlak yang ditampilkan tidak sesuai dengan ajarannya. Ada banyak kepentingan yang menutupinya. Berarti bukan salah Islamnya, bisa jadi karena sudah tercampur dengan kepentingan manusia.

Belajar agama dari kecil lebih dianjurkan dan diutamakan sehingga mudah membentuk kebiasaan yang diwajibkan dalam agamanya, seperti kalau dalam Islam menunaikan rukun Islam yang 5. Semoga tidak salah pilih, agama yang dianut akan membawa keselamatan untuk kita.

#terinspirasi cerita teman yang selama hidupnya terus berganti agama yang berlainan, mungkin seluruh agama yang ada didunia. Agama kok coba-coba?


Sumber gambar: lintas.co.id

0 komentar:

Posting Komentar