Sabtu, 19 Maret 2016

Kepergian Mendadak

Posted by cuap-cuap ratih on 00.50 with No comments
Empat tahun enam bulan lalu lebih tepatnya 25 september 2011, wanita yang sering ku sebut mama telah berpulang ke rahmatullah. Masih terasa lekat dalam ingatan, masih terasa kosong, masih lemah hati ini sejak di tinggalkan oleh sosoknya. Selama duapuluh empat tahun selalu didekatnya namun setelah menikah kucoba mandiri dan jauh darinya. Sesekali saja aku berkunjung. Tak ada kata betapa aku mencintainya, selalu memikirkannya, dan kusadari itu setelah dirinya pergi jauh sekali dan tidak akan kembali. Terkadang aku memimpikannya, kurasakan ketenangan dalam wajah dan sikapnya. Hanya merasakan kehadirannya dalam bunga tidurku, walau kusadari dirinya sudah tiada tapi dia ada. Mungkin ini pekerjaan alam bawah sadarku yang melakukan penyangkalan.

Betapa peristiwa itu tidak akan kulupakan. Sejak suami pergi keluar kota untuk meneruskan pendidikannya selama kurang lebih tiga setengah tahun, aku tinggal di rumah mama. Aku merasa sepi dirumah hanya dengan kedua anakku. Kami memang memutuskan LDR sementara waktu, salah satu alasannya karena anak masih terikat dengan sekolahnya dan hal lainnya. Rencana masih bisa berubah kami masih dalam penjajakan mana yang terbaik buat kami jalani.

Minggu pagi Tidak seperti biasa, rupanya aku bangun lebih pagi dari mama. kulihat lampu-lampu rumah masih menyala bekas semalam. Akhirnya aku yang mematikan lampu-lampu karena cahaya putih mulai memasuki ruang-ruang dalam rumah. Ku longok kamar mama masih dalam keadaan gelap. Tidak ada pikiran apapun saat itu.

Perlahan ku buka pintu kamar, tampak mama masih berbaring di kasurnya. “maa,” panggilku. Tidak ada jawaban. Kupikir mama masih tidur. Entah bagaimana aku merasa ada yang aneh, hatiku berkata lain, dengan cepat otak ku menangkap hal yang tidak sesuai. Kudekati kasur mama. Kupanggil lagi, mama diam tidak bergerak. Segera kusingkap selimut tubuhnya, kulihat basah pada Kasur dimana mama berbaring, kupegang tubuhnya terasa dingin. Otakku tahu kalau mama sudah meninggal, tapi hatiku tidak percaya. Bagaimana mungkin itu terjadi? Semalam masih terngiang rencana kita untuk menjenguk papa yang masuk ruang intensif coronary care unit pasca operasi jantungnya. Bahkan mama menginstruksikan apa yang harus kubawa besok.

Jantungku berdetak kencang, langsung saja aku keluar kamar dan berteriak memanggil adik-adikku yang masih tidur. Aku sendiri setelah itu langsung memakai jilbab dan keluar rumah menuju rumah tetanggaku yang perawat. Aku ingin bertanya apa yang harus aku lakukan. Suami jauh diluar kota, adik laki-lakiku sedang menjaga papa di rumah sakit. Sisa orang yang ada di rumahku hanya adik-adik perempuan dan anak-anakku. Tetanggaku mencoba menenangkan diriku karena dia tidak bisa mendengar apa yang aku bicarakan, bicaraku gugup dan bercampur dengan tangisan. Akhirnya dia ikut mengecek kondisi mama dan menyarankan aku untuk membawa mama ke rumah sakit dulu.

                                                            ***

Di rumah sakit, dokter menyatakan mamaku menderita heart failure ya gagal jantung lalu aku dengan segenap tenaga menghubungi adik laki-lakiku yang sedang di rumah sakit lain.
“Hallo dek?”
“Ya mba, kenapa?”
“papa gimana?”
“masih di ICCU, mungkin besok masuk ruang perawatan.”
“Ooo,  dek, mama!.”
“kenapa mama?”
“Mama dah ga ada dek!”
“Ga ada gimana?, semalemkan pulang.”
“Mama sudah meninggal!”
“Yang bener kamu mba?! Sakit kali? Kamu urutin aja dada atau kepalanya.”
“Benerrr dek!, aku sekarang dah di rumah sakit!, Kalau ga percaya kamu kesini!”
“Ya udah tunggu aku, tiga puluh menit lagi sampai sana.”
Tidak ada satupun yang percaya, tidak aku juga tidak adikku. Mungkin juga orang-orang terdekat yang aku hubungi. Kenyataannya ini terjadi. Suamiku langsung pulang dengan penerbangan kedua. Om dan tanteku juga datang, Rasanya aku sudah tidak kuat berdiri.
                                               
                                                             ***

Kesuksesan kita hidup didunia mungkin bukan banyaknya harta dan kemewahan yang kita punya, tapi bagaimana saat kita meninggalkan dunia ini. Apakah banyak orang sudah merasakan manfaat adanya kita? apakah kita sudah memberi arti akan kehadiran kita? Apakah orang lain merasa kehilangan kita saat kita sudah tidak ada lagi?

Biarlah menjadi hikmah dalam hidup, kematian datangnya tidak disangka-sangka, tidak dapat diperkirakan, bisa siapa saja, kapan saja, dimana saja.  Meski sampai sekarang masih menyisakan trauma bagiku, tidak bisa lihat orang yang tidur dengan posisi yang sama dalam jangka waktu tertentu, karena aku akan memperhatikan dadanya, membangunkannya sedikit dengan menggoyangkan tubuh atau memanggil namanya. Semoga ini selalu menjadi pengingatku sebagai manusia yang fana.


#menulis setiap hari #maaf cerita sedih #sebenarnya sudah pernah menulis cerita yang mengesankan di “Adik Ara" hehe dicek ya..

0 komentar:

Posting Komentar