Minggu ini gantian jadwal ujian kenaikan kelas buat anak-anak sekolah
menengah pertama terutama kelas tujuh dan delapan. Atmosfir yang dirasakan
lebih serius dan lebih berat bebannya. Mungkin karena jenjangnya sudah lebih
tinggi ya? Waktu masih sekolah dasar sebagai orang tua masih bisa santai
menghadapi ujian-ujian seperti ini. Karena anak juga masih kecil sehingga orang
tua juga masih memaklumi jika anak masih pada tahap menyesuaikan diri. Nilaipun
bukan menjadi targetan untuk anak raih. Walaupun anak belajar di sekolah yang
mengutamakan akademisnya, seperti sekolah negeri.
Terasa berbeda dengan ujian untuk anak sekolah dasar. Pada tingkat ini Orang
tua tentu mengharapkan anak lebih fokus dengan apa yang telah dipelajari
disekolah karena pada tingkat ini anak semakin dituntut lebih serius. Banyaknya
mata pelajaran pada kurikulum yang diajarkan, belum lagi dengan bertambahnya
kegiatan diluar sekolah, pergaulan yang lebih luas. Persainganpun semakin
sengit karena memiliki targetan untuk mendapatkan sekolah yang bagus pada
jenjang berikutnya. Anak dituntut secara akademis dan non akademis bisa
berkembang sesuai dengan ketetapan jenjang pendidikannya.
Masa ini merupakan peralihan dari anak-anak menuju remaja, usia 13-15th.
Masa dimana anak mulai tumbuh menjadi dewasa secara fisik. Terjadinya perubahan
bentuk tubuh yang cukup cepat termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi
dan sosial. Pembentukkan citra diri atau jati diri anak mudah terluka dan rapuh
bila orang tua tidak dapat mengarahkan. Ketidakstabilan emosinya, kegelisahan
dan kecenderungan melakukan kegiatan berkelompok dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada diri remaja.
Tantangan anak jaman sekarang dengan masa orangtua remaja dulu juga
berbeda meski tuntutan akademis dan non akademis memang tetaplah abadi. Anak-anak
sekarang sepertinya dituntut lebih dewasa sebelum usianya karena berbagai
informasi yang bertebaran baik yang positif ataupun yang negatif. Sebenarnya disadari
betul bukan saja kemampuan akademik yang harus selalu diutamakan namun juga
kemampuan emosi yang baik dalam menyikapi kehidupan dijaman sekarang ini.
Peran orang tua tidak lagi bisa hanya memproteksi anak-anak dengan banyak
larangan seperti no gadget, no games, no
friends yang justru akan mengkungkung si anak dan menjadi tak berdaya, tapi
memberikan landasan agar anak mampu mengatasi masalahnya sesuai dengan prinsip
kebaikan yang kita tanamkan.
Kasih sayang yang diberikan bukan semata-mata karena anak mendapatkan
nilai Sembilan puluh atau seratus “itu namanya anak ayah!” atau “nah begitu
dong. Ini baru anak ibu” jadi kalau tidak dapat nilai Sembilan puluh atau seratus
bukan lagi anak ayah dan ibu dong? Nilai dibawah lima siapa takut? karena cinta orang tua tidak sebatas angka. Nilai pelajaran jelek bukan akhir segalanya. jangan lagi membebani anak dengan penilaian akademik yang terbukti memberikan efek stres dan tidak bahagia. Tapi beri penghargaan karena dia mampu dan berdaya mengatasi kesulitan apapun hasilnya. menilai bukan pada hasil tapi pada prosesnya.
Saat Allah menciptakan dan menitipkannya
pada kita, Allah telah memberikan beserta karuniaNya yang tidak perlu diragukan
lagi. Bahkan kepada anak yang memiliki banyak kekurangan. Allah telah
memberikan rezekinya. Kelebihan dan kekurangannya agar anak seimbang dan
lengkap.
Orang tua penuhi saja hatinya dengan keikhlasan dan cinta tanpa syarat,
selama anak sudah berniat, berusaha dan berdoa dalam kegiatannya mencari ilmu
pengetahuan yang dapat digunakan untuk masa depannya. Tidak ada ilmu yang
sia-sia, bahkan kesalahan tetaplah ilmu dan pelajaran agar tidak terulang dan
dapat mencari kebenaran.
Amiin mb
BalasHapus