Jumat, 13 Januari 2017

Dosen Terbangku

Posted by cuap-cuap ratih on 17.37 with No comments
Dulu belum ada istilah yang namanya garuk-garuk tembok karena inilah yang akan aku lakukan bila hal itu terulang kembali saat ini.

**
"Teman-teman sudah tidak ada yang kelihatan nih," kataku sambil celingukan kekanan dan kekiri. Menunggu seorang diri membuatku jadi gelisah. Jam sudah menunjukkan hampir jam 11 siang tapi Tita teman seperjuanganku belum kelihatan. Sama-sama pejuang penulisan akhir di masa kuliah.. iya skripsi!

"Nah itu dia," seruku saat melihat Tita di kejauhan. Kulambaikan tangan agar bisa terlihat lebih jelas keberadaanku. Tita tergopoh-gopoh mendatangiku.

"Aduh.. maaf ya Ra, angkotku tadi ngetemnya lama banget, pingin turun ganti angkot tapi ga ada yang lewat,"kata Tita sambil membetulkan letak tas di bahunya yang mulai melorot.

"Ya udah ga papa, sekarang kita langsung ke stasiun saja biar tidak tambah siang. Kita kan tidak tahu jadwal mengajarnya pak Sudiono harus tanya ke gedung kenari dulu," kataku sambil melangkah.

         Kebetulan aku dan Tita tinggal di daerah yang sama, kuliah bahkan kita dikumpulkan di kelas yang sama. Kami janjian untuk pergi ke kampus tempat Pak Sudiono mengajar mahasiswa S2 kampus kami. Sudah nasib dapat dosen pembimbing terbang, terbang kesana dan kemari. Mahasiswanya jadi ikut mondar mandir. Pak Sudiono aslinya dosen UGM Jogja jurusan Akuntansi yang diminta mengajar di kampusku. 

         Dosen pembimbing memang ditentukan oleh jurusan dan kalau mau ganti pembimbing akan menghadapi urusan administrasi yang rumit ditambah dosen-dosen yang aku faforitkan tidak membimbing semester ini. Ya sudahlah terima nasib.

         Tidak kenal sebelumnya dengan dosen pembimbingku ini walaupun dikampus aku sudah kuliah selama 3,5 tahun. Tapi setelah menerima surat bimbingan baru aku banyak mendengar mengenai Pak Sudiono dari senior-senior yang pernah dibimbingnya.

         Susah! Itu yang mereka katakan. Bahkan ada yang menyerah ditengah jalan dan mengganti dengan kompre sebagai syarat kelulusan akhir. Waduh.. makin ciut nyaliku padahal belum bertemu.

         Tidak ada kata mundur mau tidak mau harus dikerjakan, lah bisa tidak selesai skripsiku kalau belum apa-apa sudah takut duluan.

         Pertemuan pertama, pengajuan judul. Giliranku! Aku masuk kedalam perpustakaan yang sepi. Sepertinya ini tempat kesukaan Pak Sudiono dibanding ruangannya sendiri. Segera aku memberi salam, Pak Sudiono hanya menganguk dan aku langsung duduk dihadapnnya.

"Ini kira-kira judul yang ingin saya tulis pak," Sambil menyerahkan lembaran judul. Tanpa diminta aku sedikit menjelaskan apa yang ingin dibahas dan tujuan akhir dari penulisan ini.

         Kesan pertama, sebenarnya Pak Sudiono sudah membuatku tersenyum. Pak Sudiono memiliki perawakan yang tidak terlalu tinggi namun juga tidak pendek. Badannya gemuk terutama di perutnya yang membusung membuat posisi saat duduk lebih sering bersandar di kursi dan itu membuatnya agak kesulitan bila ingin mengkoreksi lembar-lembar ketikan skripsi mahasiswa yang terletak pada meja didepannya. Pak Sudiono menyiasati dengan memiringkan kekiri kursi duduknya, sehingga tangan kanan dapat menopang di meja dan kertas-kertas itu siap untuk diberi coret-coret. Beruntung kursi dilengkapi roda hingga mudah untuk Pak Sudiono memajukan dan memundurkannya.

         Kesan kedua, Grogi abis! Aku sampai bisa mendengar detak jantungku sendiri tanpa stetoskop. Apa Pak Sudiono juga mendengarnya? Entahlah..

         Kalimat pertama yang aku dengar. "Memang belum ada yang pakai judul itu, cukup menarik. Lalu kamu akan ambil datanya dari mana?"Pak Sudiono berbicara sangat lambat menurut takaran telingaku. Terkadang aku juga harus mencodongkan badanku sedikit kedepan untuk mendengarkan dengan lebih teliti apa yang disampaikan olehnya. Sayup-sayup suaranya. Aku menduga usianya masih sekitar 50-60 tahunan.

         Alhamdulillah judul penulisan lolos dengan satu kali pengajuan. Aku berharap ini awal yang baik. Didadaku bergejolak dengan semangat empat lima untuk menulis skripsi. Targetku tiga bulan menyelesaikannya. Karena aku juga harus melakukan pekerjaan sampinganku sebagai pengajar di lembaga kursus, aku rasa cukuplah waktu yang telah direncanakan. Tetapi rencana tinggal rencana.

"Bu, Pak Sudiononya ada?"Tanyaku kepada bagian admin diruang dosen.
"Pak Sudiononya ke medan untuk dua minggu ke depan"jawab bu admin yang hanya sekilas memandangku dan terus melanjutkan pekerjaannya.

         Mendapatkan jawaban seperti itu aku cuma bisa bengong sambil berjalan ke pintu. Serasa jiwaku lepas dari raga. Aku merasa Pak Sudiono sudah janji mau bertemu hari ini!. Tapi tidak lama kesadaranku kembali. Tetiba seperti ada yang mengingatkanku untuk mempertanyakan jadwal mengajar Pak Sudiono berikutnya. Langsung balik badan dan bertanya lagi kepada bu admin,"Pak Sudiono, adanya kapan lagi bu?" Kembali bu admin melihat kearahku, "ya setelah itu, nanti balik lagi aja. Jadwal mengajarnya belum fix."

         Hari ini sedikit banyak aku belajar rasa ketidakpastian dan ketidakberdayaan mungkin juga perasaan dibohongi. Namun ini juga mengajarkan aku untuk tidak mudah menyerah dengan keadaan. Pengerjaan skripsi tetap aku lanjutkan walaupun bab sebelumnya belum ada persetujuan dari pembimbing, hitung-hitung sambil menunggu pertemuan dengan Pak Sudiono selanjutnya paling tidak aku sudah menyiapkan bahan-bahannya sehingga bila ada waktu bertemu aku akan mengajukannya secara terus menerus. "Rencana yang bagus bukan?" Pikiranku.

         Akhirnya pertemuan demi pertemuan dapat berjalan dengan baik. Ternyata memang tidak semudah yang aku bayangkan, tidak lantas bertemu dan langsung disetujui apa yang sudah aku persiapkan. Hingga hari-hari menjelang deadline pendaftaran sidang, panik aja bawaannya. Hari ini ada lagi pertemuan dengan Pak Sudiono, aku pun sudah bersiap ke kampus dari siang berharap Pak Sudiono akan datang lebih awal dari jadwal mengajarnya di malam hari. Tidak seperti biasa, mahasiswa yang dibimbing Pak Sudiono lebih banyak hadir hari ini. diantaranya ada beberapa senior juga yang aku kenal dan akhirnya bisa diduga giliranku menjadi paling akhir.

         Tiba saatnya aku menghadap Pak Sudiono namun waktu telah menunjukkan pukul 6 sore dan dari kejauhan terdengar suara adzan berkumandang.

“Saya harus menyudahi dulu bimbingan ini, jam tujuh saya ada kelas dan harus mengajar,” begitu kata Pak Sudiono. “Besok kamu datang aja lagi ya, saya janji akan memproritaskan kamu.” Badanku terasa lemas, kaki seakan diikat dilantai. Aku hanya bisa mengangguk dan membiarkan Pak Sudiono keluar ruangan.

         Tak terasa setitik air mata mengalir dipipiku. Aku tidak akan seambisi ini bila tidak ingat jadwal akhir pendaftaran sidang yang hanya tinggal beberapa hari lagi. Sudah terbayang harus membayar uang kuliah semester Sembilan bila aku tidak dapat sidang kali ini. dan aku tidak ingin itu terjadi. Sekali lagi pelajaran berharga aku terima. Sesungguhnya aku telah berusaha tapi keadaan berkata berbeda dan aku harus bersabar dalam menjalaninya.

         Terima kasih Pak Sudiono, bukan hanya materi pelajaran akuntansi yang bertambah tetapi juga pelajaran kehidupan, merupakan pengalaman yang tidak terlupakan. Menjadikan diriku lebih dewasa dan bijaksana. Pada Akhirnya aku bisa sidang tepat waktu. Semua berjalan lancar dan lulus dengan nilai yang baik.


Masa lalu adalah bagian dalam hidup. Kita harus bisa menerimanya walaupun tidak bisa merubahnya. Memperbaiki diri adalah upaya memperbaiki masa depan dan bersyukurlah yang dilakukan saat ini.
Nama Pena Ratihhoney karena saya ingin tulisan saya membawa banyak manfaat seperti "madu". 

0 komentar:

Posting Komentar