Sabtu, 22 April 2017

Pernikahan kedua

Posted by cuap-cuap ratih on 06.07 with 4 comments
"Sudah sejak kapan abang..." kalimat itu tergantung begitu saja, aku tak sanggup untuk bertanya. Tapi sekuat tenaga aku ingin mengatakannya.
"Sudah sejak kapan abang menikah dengannya?"
"Jauh sebelum abang menikahimu" jawaban datar tanpa ada rasa terlontar begitu saja.

Berani betul dia mengatakannya tepat didepan wajahku dengan sikap tanpa rasa bersalah.
Jadi selama ini aku telah dibohonginya mentah-mentah. Betapa bodoh aku tidak mengetahui tanda-tandanya sedikitpun.

Pernikahan kami bukannya pernikahan yang sembunyi-sembunyi. Semua orang di desanya, orang tuanya, saudara-saudaranya, teman dan sahabatnya juga begitu dari pihakku. Rasanya tak ada yang luput untuk kami undang.

Tak ada satu kata yang dapat keluar dari mulutku, terkatup begitu kuatnya tertutup amarah dan aku sangat terkejut. Ternyata aku adalah pernikahannya yang kedua.

"Kapan itu?"
"Lima tahun sebelum kita menikah"
"Dan sekarang statusnya dia apa?"
"Masih istriku"

Dia hanya bisa menunduk tanpa bisa menatap wajahku. Setelah kemarahan yang berusaha kutahan ini membuat seluruh tubuhku lemas. Meski aku terduduk tapi tidak kurasakan empuk tidaknya kursi yang menyangga badanku. Tanpa terasa airmata berlomba mengalir deras keluar dipipiku. Pecah sudah tangisku. Perasaan terkhianati memelukku erat, dadaku terhimpit dan membuatku sulit untuk bernafas dengan normal.

Suamiku, masih begitu statusnya saat ini, hanya membiarkan diriku mengeluarkan semua persediaan airmata yang ada. Kurasa itulah sikapnya yang memang harus dia perankan. Menutup mulutnya dan diam. Duduk diseberang kursiku seperti patung sampai selesai kuhabiskan airmata ini..

Sesuatu yang busuk tidaklah dapat disimpan lama-lama, pada akhirnya akan tercium juga kebusukannya.

Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan? Hatiku menjerit tapi tidak dengan mulutku. Semakin lama pandanganku semua menjadi gelap.

Hanya terdengar samar suara bang Bima memanggil namaku,"Rianti.. sayang.. sadarlah.. yang"

-bersambung-

Related Posts:

  • Bukan Dunia Lain Gelap telah datang bersama pekatnya malam. Terlihat Tablo sedang berjalan menembus jejeran rumah di daerah perkampungan menuju arah pertokoan didepan jalan. Tidak lama kemudian tiba-tiba mulai jatuh air dari langit yang semu… Read More
  • TIDAK MENYERAH Kemarin kami di titipkan seekor kucing oleh teman. Kucing Persia dengan bulunya yang sangat cantik, Torkie white long hair. Kucing betina ini bernama Sinta. Dengan berat hati teman menitipkan kucingnya itu karena akan mengad… Read More
  • Blog WalkingKamu suka jalan-jalan? coba deh jalan ke blog-blog dibawah ini. Siapa tau kamu akan mendapatkan sesuatu yang berharga. Minimal menambah Ilmu karena kamu sudah membaca ya kan? 1. Julia Rosmaya:  juliarosmaya.blogspot.com… Read More
  • MENULISLAH ! Di era digital seperti saat ini, banyak media yang dapat kita gunakan untuk menulis. “What’s on your mind?” Tanya si facebook, untuk mengungkapkan apa yang kita pikirkan atau yang sedang kita rasakan. Maka muncullah update s… Read More
  • Menanti Senja Haruskah ku ucapkan selamat jalan? Telah kau curah api semangat membakar merahnya darah. Telah kau tempuh jalan kesakitan itu. Tetap bertahan. Masihkah kau sanggup? Menahan guncangan jantung dan deras hempasan angin p… Read More

4 komentar: