Kamis, 10 November 2016

Toleransi

Posted by cuap-cuap ratih on 05.04 with No comments
Di komplek rumah, punya tetangga yang pagarnya dibuat maju beberapa senti
lalu kalau buka pintu pagar itu selebar-lebarnya nutupin garasi rumah emak atau lupa nutup kali ya?! Bersangka baik ajalah yaa..

Alhasil emak susah mau masuk, minimal kudu turun dari kendaraan trus nutupin kembali pintu pagar itu balik ke tempat semula. Baru emak bisa masuk ke garasi.

Seandainya my tetangga itu memposisikan dirinya sebagai emak dia keberatan ga ya? Nutupin pintu pager sebelah dulu trus baru bukan pintu pager sendiri.

Kadang itu sangat mengganggu apalagi kalau lagi mengejar waktu. Kasian amat ya waktu dikejar mulu.

Jadi ngomongin toleransi, ni gara-gara baca headline berita di internet seseorang mempertanyakan "kenapa Pak Ahok tidak boleh menjadi Gubernur, apa karena dia matanya sipit, agamanya non muslim, apakah itu Indonesia?"

Lucu! bagi emak kelihatannya orang yang bertanya ini seperti sedang merajuk.  Hihihi..

Pingin jawabin gini "saya orang Indonesia, namun agama saya menyuruh untuk memilih pemimpin yang seiman, ga ada urusannya mau mata sipit, mata belok, mau kulit putih, kuning, coklat, hitam. Apakah ini membuat saya bukan Indonesia?"

Dan kalau nih mayoritas penduduk jakarta itu sama agamanya dengan saya, trus perintah agamanya kan sama, untuk mengangkat pemimpin yang seagama, apakah mau dipaksakan yang pada kenyataannya Pa Ahok memang tidak seiman.

Jangan karena toleransi, lalu melanggar apa yang diperintahkan agama. Itu namanya kebablasan. Apakah agama hanya tulisan di KTP? Entahlah..

Yang tidak bisa difahami adalah mengapa dengan saudaranya sendiri juga tidak bertoleransi dengan memahami apa yang mereka yakini.

Pa Ahok saudaramu, kami juga saudaramu kan sama-sama orang Indonesia maksudnya. Keyakinan kami bukanlah hal yang melanggar hukum negara? Ya kan?

Lalu kenapa kami harus dipaksakan menerima Pa Ahok untuk memimpin? Pa Ahoknya aja ga maksa... katanyaaa. Deee boleh nye sewot.

Tambah lagi dia sudah menistakan Al quran, masih mau pilih? Dimana hati nurani?








0 komentar:

Posting Komentar