“Ke
tempat sampahlah, kemana lagi? Kan buangnya disitu.”
Manusia
dan sampah tidak dapat dipisahkan, bukan karena mereka sejoli dan saling setia
tapi karena sampah-sampah itu dihasilkan oleh manusia. Selama ada manusia
disitu akan ada sampah. Saat memasak,
bekerja, arisan, rapat, dan lainnya. Skalanya juga menentukan banyak sedikitnya
sampah yang dihasilkan, semakin banyak orang semakin banyak pula sampahnya.
Di
pasar, terminal, sekolah, Kegiatan demontrasi, seminar atau acara apapun yang
menghadirkan massa akan menghasilkan sampah yang menumpuk. Sampah yang timbul
dari kegiatan manusia banyak macamnya. Mulai dari plastik kresek, botol/ gelas
minum, tissu, pembungkus makanan, tusuk bambu, sedotan, kertas dan lainnya.
Mengapa
sekarang sampah jadi masalah? Karena sampah-sampah yang kita hasilkan semua
dikumpulkan menjadi satu di tempat pembuangan akhir. Semakin banyak dan semakin
menggunung. Sampah plastik tidak dapat terurai begitu saja, tercampur dengan
sampah makanan yang membusuk, menimbulkan bau, mengundang banyak penyakit.
Sampah yang menggunung kian hari semakin tinggi, dapat menimbulkan longsor
tentu saja hal itu membahayakan. Tidak ada yang mau wilayahnya jadi timbunan
sampah, lalu dimana sampah-sampah ini
akan dibuang?
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh jenna R jambeck dari university of Georgia. Pada
tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik yang dihasilkan diseluruh dunia dan
sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang mencemari laut. Termasuk
Indonesia diduga menyumbangkan sekitar 0.48-1.29 juta ton dari sampah plastik.
Beli
snack dibungkus pakai plastik, beli somay kadang pakai plastik, beli minum juga
pakai plastik, tiada hari tanpa plastik. Seiring berkembangnya teknologi,
semakin banyak barang yang dikemas untuk tujuan kemudahan dan kepraktisan. Sumber
utama sampah plastik berasal dari kemasan makanan dan minuman, penggunaan
plastik sekali pakai dan membuangnya. Pernahkah menghitung berapa banyak sampah
pribadi yang kita hasilkan dalam satu hari saja?
Memang
benar kita tidak merasakan dampak langsung terhadap hidup kita. Apa karena rumah
kita sudah bersih dari sampah?, kita juga selalu membuang sampah pada
tempatnya. Tapi sayangnya data itu juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan
Negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia
setelah China.
Apakah
yakin sampah kita bukanlah salah satu yang mencemari laut? Padahal kalau boleh
dibilang, jumlah penduduk pesisir Indonesia hampir sama dengan India yaitu 187
juta jiwa namun tingkat pencemaran plastik ke laut India menempati urutan ke 12
sekitar 0.09-0.24 juta ton per tahun. Hal itu mengindikasikan sistem
pengelolaan sampah di Indonesia buruk atau sampahnya tidak terkelola dengan
baik.
Belum
adanya kesadaran mengenai “sampahku adalah tanggungjawabku” seringkali merasa
cukup dengan membayar sejumah uang yang tak seberapa untuk menyingkirkan sampah
dari rumah ke tempat lain. Tanggung jawab manusia untuk menjaga lingkungan dan
Bumi sebagai tempat tinggal.
Kita
tentu tidak dapat menyelesaikan semua permasalahan sampah yang terlalu akut ini
sendirian. Sedikit kesadaran bahwa sampah kita adalah tanggung jawab kita
akan membuat lebih memperhatikan apa yang kita buang dan bagaimana
memperlakukannya. Mulai dari diri sendiri aja dulu.
“Ya Ampun repot banget deh.. sampah
aja dipikirin, masih banyak yang harus dipikirin juga kali.”
“Kasihan dong pemulung nanti tidak
ada kerjaannya, susah rezekinya”
Benarkah
kita memikirkan mereka? Benarkah kita mengasihi mereka? Mengapa tidak
memberikan mereka pekerjaan yang lebih baik? Haruskah mereka mengais sampah
kotor di tempat sampah kita, hanya untuk mendapatkan sedikit rezeki? kalau
mereka bisa memilih tentu ingin melakukan pekerjaan yang lebih baik dari
memulung. Kalau benar kita ingin membantu bisa dengan memulai memilah sampah
yang memang berguna untuk mereka. Sampah buat kita bukanlah sampah buat orang
lain loh. Ternyata sampah-sampah itu masih memiliki nilai ekonomis bila tahu
bagaimana cara mengolahnya.
Jadi kamu penasaran ga kemana sampahmu pergi?